Screenshot_2024-12-20_1541591.png

Budaya tidak berisik di transportasi umum di jepang


Budaya tidak berisik di transportasi umum di Jepang adalah salah satu aspek budaya yang sangat dihargai dan dijaga ketat, baik oleh penduduk lokal maupun wisatawan. Di Jepang, menjaga ketenangan dan menghormati ruang pribadi orang lain di dalam transportasi umum, seperti kereta, bus, dan subway, adalah hal yang sangat penting. Hal ini tidak hanya terkait dengan kesopanan, tetapi juga dengan budaya yang lebih luas tentang penghormatan terhadap orang lain dan penjagaan keharmonisan sosial.

Berikut adalah beberapa alasan dan contoh mengenai budaya tidak berisik di transportasi umum di Jepang:

1. Penghormatan terhadap Orang Lain

Di Jepang, ada nilai yang sangat kuat mengenai keharmonisan sosial dan menghormati privasi orang lain. Dalam transportasi umum, di mana banyak orang duduk atau berdiri berdekatan, berbicara dengan suara keras atau membuat kebisingan dapat mengganggu kenyamanan orang lain. Oleh karena itu, orang Jepang cenderung sangat berhati-hati untuk menjaga ketenangan dan tidak mengganggu orang di sekitar mereka.

  • Contoh: Orang-orang Jepang umumnya tidak berbicara keras di dalam kereta atau bus. Bahkan ketika ada percakapan antara dua orang, mereka biasanya berbicara dengan suara yang sangat rendah, hampir seperti berbisik, agar tidak mengganggu penumpang lain.

  • Sopan santun: Jika ada kebutuhan mendesak untuk berbicara, orang Jepang akan menggunakan telepon seluler secara diam-diam atau lebih memilih untuk mengirim pesan teks daripada berbicara di telepon di dalam transportasi umum.

2. Penggunaan Ponsel di Transportasi Umum

Salah satu contoh yang jelas dari budaya tidak berisik adalah aturan yang ketat mengenai penggunaan ponsel di transportasi umum. Di Jepang, menggunakan ponsel untuk menelepon di kereta atau bus dianggap tidak sopan dan mengganggu ketenangan. Banyak kereta atau subway di Jepang memiliki tanda yang menunjukkan bahwa pembicaraan telepon dilarang.

  • Ponsel di Mode Getar atau Diam: Ponsel harus disetel dalam mode getar atau diam, dan sebaiknya tidak ada suara dering yang mengganggu. Jika Anda menerima telepon penting, sebaiknya segera keluar dari kereta atau bus untuk berbicara.

  • Area Khusus: Beberapa kereta atau stasiun kereta bawah tanah mungkin memiliki area ponsel atau ruang telepon, di mana orang bisa berbicara tanpa mengganggu penumpang lain.

3. Tidak Menggunakan Musik atau Suara Keras

Di Jepang, orang juga sangat berhati-hati agar tidak mengganggu penumpang lain dengan mendengarkan musik atau menonton video dengan suara keras di transportasi umum. Jika orang Jepang ingin mendengarkan musik, mereka akan menggunakan headphone atau earphone untuk mendengarkan musik atau menonton video, sehingga suara tidak terdengar oleh orang lain.

  • Etika Mendengarkan Musik: Jika Anda menggunakan headphone, pastikan suara dari perangkat Anda tidak keluar hingga terdengar oleh orang di sekitar. Musik atau suara keras dari ponsel dapat mengganggu kenyamanan orang lain yang ingin menikmati perjalanan dalam ketenangan.

4. Tidak Makan atau Minum dengan Suara Berlebihan

Makan dan minum di transportasi umum di Jepang juga dilakukan dengan sangat hati-hati. Meskipun tidak ada larangan total untuk makan atau minum, orang Jepang umumnya menghindari makan atau minum yang bisa menimbulkan suara berlebihan, seperti mengunyah dengan keras atau membuka bungkus makanan dengan suara yang berisik.

  • Contoh: Jika seseorang membawa makan siang (bento) di kereta, mereka akan makan dengan tenang, tanpa mengeluarkan suara yang bisa mengganggu orang lain. Begitu juga dengan minum dari botol, mereka akan melakukannya secara diam-diam tanpa menimbulkan kebisingan.

5. Keharusan Menjaga Ketertiban dan Ketenangan

Transportasi umum di Jepang, terutama kereta cepat seperti Shinkansen dan kereta lokal di kota-kota besar, cenderung sangat tenang, bahkan pada jam sibuk. Ada rasa tanggung jawab sosial untuk menjaga ketenangan agar semua orang bisa merasa nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan.

  • Perilaku Sosial: Bahkan saat kereta sangat penuh, penumpang di Jepang cenderung tidak berbicara terlalu banyak dan akan menjaga jarak jika memungkinkan. Tidak ada yang berbicara dengan suara keras atau membuat keributan, bahkan jika mereka berada dalam perjalanan jauh.

  • Mengantri dengan Rapi: Budaya tidak berisik juga tercermin dalam bagaimana orang Jepang mengantri dengan rapi di stasiun kereta atau bus. Tidak ada keributan atau dorong-dorongan, dan orang-orang cenderung sangat tertib saat memasuki atau keluar dari kereta.

6. Pengaruh dari Budaya Zen dan Keharmonisan

Budaya tidak berisik ini sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep dalam agama Buddha dan filosofi Zen, yang mengajarkan pentingnya ketenangan, meditasi, dan menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitar. Dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari di Jepang, ada kecenderungan untuk menjaga ketenangan dan menghindari gangguan bagi orang lain, termasuk di transportasi umum.

  • Contoh dalam Budaya Zen: Di banyak kuil Buddha, orang diajarkan untuk berbicara dengan suara rendah atau tidak berbicara sama sekali, untuk menjaga suasana yang tenang dan merenung. Prinsip ini tercermin dalam cara orang Jepang memperlakukan ruang publik, termasuk kereta dan bus.

7. Kebijakan dan Pengaturan di Kereta

Banyak operator kereta api di Jepang memiliki aturan ketat mengenai kebisingan di transportasi umum, dan ini sering kali tercermin dalam petunjuk di dalam kereta, seperti papan pengumuman atau pengingat melalui pengeras suara. Beberapa kereta atau jalur tertentu, seperti kereta ekspres atau Shinkansen, memiliki gerbong khusus untuk penumpang yang ingin bekerja atau beristirahat dalam ketenangan.

  • Gerbong Diam (Silent Cars): Beberapa kereta, terutama Shinkansen, menawarkan gerbong diam di mana penumpang diharapkan untuk berbicara dengan sangat pelan atau tidak berbicara sama sekali. Ini memungkinkan orang untuk bekerja, tidur, atau menikmati perjalanan tanpa gangguan.

Kesimpulan

Budaya tidak berisik di transportasi umum di Jepang sangat terkait dengan penghormatan terhadap privasi orang lain, penjagaan keharmonisan sosial, dan etika umum yang mengutamakan ketenangan. Bagi orang Jepang, menjaga ketenangan di ruang publik, terutama di transportasi umum, adalah bentuk kesopanan yang mendalam dan bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini juga mencerminkan betapa pentingnya menjaga kenyamanan orang lain dalam ruang bersama, yang menjadi norma yang dihargai oleh semua orang yang menggunakan transportasi umum di Jepang.